Daryono dan Kabul merupakan dua orang penyiar radio Suara Warga Jakarta atau Radio SWJ. Radio komunitas warga miskin di kawasan Cipinang, Jakarta Timur.
Sehari-harinya mereka berdua merupakan pedagang informal. Daryono berdagang nasi goreng, sedangkan Kabul merupakan pedagang sate keliling.
Malam hari merupakan saat Daryono berjualan sate. Dia berkeliling kampung menawarkan sate dagangannya. Pekerjaan ini sudah 20 tahun dilakoninya. Menjadi penyiar radio berdampak positif bagi Daryono. Pembelinya banyak sehingga penghasilannya lumayan.
Beginilah aksi Daryono dan Kabul saat sedang siaran. Nama udara mereka Kampleng Wisesa dan Kabul Wicaksono. Acara hiburan dangdut mania yang mereka bawakan merupakan acara favorit pendengar Radio SWJ.
Kantor sekaligus studio Radio SWJ sangat sederhana. Terletak di gang sempit di kawasan Gudang Seng, Cipinang Jakarta Timur.
Acara radio ini beragam, mulai dari berita pagi hingga talk show. Hiburan dangdut juga ada. Menurut Ari Subagio, Pemred Radio SWJ, dalam acara talk show, kerap menghadirkan nara sumber yang kompeten.
Mulai dari camat, hingga kepala puskesmas setempat. Radio SWJ merupakan radio komunitas percontohan, yang dikelola secara swadana oleh warga Cipinang, Jakarta Timur.
Pengelolanya para ibu rumah tangga, pemuda putus sekolah, dan para korban gusuran. Mereka menamakan diri sebagai komunitas warga miskin kota. Dana operasional juga diperoleh dari pendengar.
Setiap mengirim lagu, pendengar mengisi kartu ucapan dengan biaya lima ratus rupiah. Dana yang terkumpul 60 persen untuk penyiar, dan 40 persen sisanya untuk biaya operasional.
Peralatan radio ini sangat sederhana. Besi untuk tiang antene dikumpulkan dari para pemulung, yang menjadi anggota radio ini. Sedangkan kabel dan kawat merupakan sumbangan dari warga setempat.
Pendengar Radio SWJ cukup banyak. Termasuk para pedagang Pasar Ciplak, Jakarta Timur ini. Mereka mengaku selain acaranya menghibur, Radio SWJ juga kerapkali menyuarakan aspirasi mereka.
Radio komunitas hadir sebagi ungkapan jiwa. Meskipun hadir dengan segala keterbatasannya, radio ini secara efektif menyuarakan aspirasi komunitasnya. Terutama komunitas kaum miskin yang selama ini aspirasinya jarang disuarakan. (Helmi Azahari/Idh)
sumber News Indosiar
Sehari-harinya mereka berdua merupakan pedagang informal. Daryono berdagang nasi goreng, sedangkan Kabul merupakan pedagang sate keliling.
Malam hari merupakan saat Daryono berjualan sate. Dia berkeliling kampung menawarkan sate dagangannya. Pekerjaan ini sudah 20 tahun dilakoninya. Menjadi penyiar radio berdampak positif bagi Daryono. Pembelinya banyak sehingga penghasilannya lumayan.
Beginilah aksi Daryono dan Kabul saat sedang siaran. Nama udara mereka Kampleng Wisesa dan Kabul Wicaksono. Acara hiburan dangdut mania yang mereka bawakan merupakan acara favorit pendengar Radio SWJ.
Kantor sekaligus studio Radio SWJ sangat sederhana. Terletak di gang sempit di kawasan Gudang Seng, Cipinang Jakarta Timur.
Acara radio ini beragam, mulai dari berita pagi hingga talk show. Hiburan dangdut juga ada. Menurut Ari Subagio, Pemred Radio SWJ, dalam acara talk show, kerap menghadirkan nara sumber yang kompeten.
Mulai dari camat, hingga kepala puskesmas setempat. Radio SWJ merupakan radio komunitas percontohan, yang dikelola secara swadana oleh warga Cipinang, Jakarta Timur.
Pengelolanya para ibu rumah tangga, pemuda putus sekolah, dan para korban gusuran. Mereka menamakan diri sebagai komunitas warga miskin kota. Dana operasional juga diperoleh dari pendengar.
Setiap mengirim lagu, pendengar mengisi kartu ucapan dengan biaya lima ratus rupiah. Dana yang terkumpul 60 persen untuk penyiar, dan 40 persen sisanya untuk biaya operasional.
Peralatan radio ini sangat sederhana. Besi untuk tiang antene dikumpulkan dari para pemulung, yang menjadi anggota radio ini. Sedangkan kabel dan kawat merupakan sumbangan dari warga setempat.
Pendengar Radio SWJ cukup banyak. Termasuk para pedagang Pasar Ciplak, Jakarta Timur ini. Mereka mengaku selain acaranya menghibur, Radio SWJ juga kerapkali menyuarakan aspirasi mereka.
Radio komunitas hadir sebagi ungkapan jiwa. Meskipun hadir dengan segala keterbatasannya, radio ini secara efektif menyuarakan aspirasi komunitasnya. Terutama komunitas kaum miskin yang selama ini aspirasinya jarang disuarakan. (Helmi Azahari/Idh)
sumber News Indosiar
1 comment:
Bung Admin, atau siapa saja yang ahli,
Numpang Tanya, kalau mau bikin radio komunitas dengan jangkauan pendek seperti sekampung dua kampung saja, dimana nyari radio transmiternya, antena dan lain lain, kira - kira budgetnya berapa yah ?
Salam, kenal
Asep Saepudin
Post a Comment